Jumat, 29 Mei 2015

Introvert dan Si Penyendiri

Sebagai seorang introvert, tentu sudah menjadi hal yang lumrah bila ia lebih menyukai kesendirian. Lebih menyukai disini bukan berarti berkebalikan dengan lawannya atau benci akan keramaian. Setidaknya seorang introvert butuh beberapa saat untuk menyendiri dalam suatu kesempatan, hal ini berguna untuk mengembalikan energinya yang hilang setelah melakukan interaksi yang intens dengan banyak orang. Biasanya aktivitas ini sering disebut sebagai saat-saat ''mencharge energi'', sebuah istilah yang tentu saja populer hanya bagi mereka para introvert, sementara tidak bagi kebanyakan orang (ekstrovert).
Sekilas dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui satu hal, bahwa sejatinya introvert dan penyendiri merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan.


Namun kebiasaan menyendiri tersebut kadang menciptakan fenomena tersendiri ditengah-tengah masyarakat. Sebagai makhluk sosial, kebiasaan unik introvert yang satu ini mungkin terlihat tidak umum bagi kebanyakan orang. Menyendiri dalam keramaian atau disaat orang-orang sibuk berkumpul dan berinteraksi dengan yang lainnya tentu akan menimbulkan berbagai macam persepsi karna kontras dengan keadaan sekitarnya, bisa positif bisa pula negatif. Tapi ya itulah, mungkin dirasa kurang normal jadi hal tersebut terkadang menjadi problema tersendiri bagi tiap-tiap introvert. Disatu sisi ia ingin sekali menyendiri untuk melampiaskan hasrat keintrovertannya, sementara disisi lain ia ingin slalu membaur sebagai manusia ''normal'' seperti yang lainnya. Hal yang mungkin tidak semua orang pahami bahwa sebetulnya tidak mudah bagi seorang introvert, mengingat sistem otak dan psikologis yang memang sudah berbeda dengan kepribadian mayoritas (ekstrovert). Namun tetap saja perlu untuk setidaknya menyeimbangkan diantara keduanya, karna seorang introvert yang baik tentu lebih mendahulukan kepentingan sosial dibanding ego pribadi.
Well, tulisan ini bukanlah suatu hasil yang diperoleh melalui sebuah penelitian ilmiah, melainkan hanya argumen pribadi dengan pengalaman admin sebagai objek dan dasar pemikiran. Beberapa dari uraian diatas bersifat subjektif, jadi aku tidak bertanggungjawab atas segala resiko yang timbul akibat dari tulisan ini. Perlu kita ketahui bersama jika tidak semua introvert itu penyendiri atau lebih senang menyendiri.


Dalam postingan ini akan aku ceritakan beberapa pengalaman unik khususnya mengenai reaksi orang lain terhadapku dikala aku ''asyik'' menyendiri.
Aku mungkin salah satu contoh introvert yang suka menyendiri. Bagiku, menyendiri adalah suatu kebutuhan yang sulit untuk diabaikan. Namun bukan berarti hal tersebut praktis membuatku slalu menyendiri disetiap waktu, terlebih ketika sedang berada ditempat umum. Hanya saja, terkadang aku benar-benar butuh ketenangan setelah lama beraktivitas, butuh segera mensunyikan diri sehabis bergumul dengan banyak orang, jadi pada saat-saat itu aku bisa dengan ''pede'' menyendiri meski sedang berada dikeramaian. Ntah untuk sekedar melamun dan memikirkan sesuatu, mengamati tingkah laku orang-orang disekitar, otak atik gadget, atau menghisap 1-2 pucuk filter kesukaan disela-sela waktu luang. Bagiku hal-hal tersebut sudah cukup untuk membuang stress, menghilangkan tekanan dan merefres otak agar berfungsi optimal, selain tentunya mengembalikan energi agar slalu fit dalam menjalankan aktivitas. Ini sudah menjadi kebiasaanku dari dulu, tak pelak karna kebiasaan ini kadang muncul persepsi-persepsi tertentu mulai dari yang dianggap angkuh, cuek, sampai ada yang justru kasihan dan berempati kepadaku. Salah satu contohnya sikap salah satu mahasiswa dikampus beberapa waktu yang lalu.


So, dulu pernah ada seorang laki-laki dikampus yang entah kenapa sepertinya melihatku dengan rasa empati. Hal tersebut tak lain karna kebiasaanku yang suka menyendiri ini, atau bisa jadi diriku memang terlihat menyedihkan (nelongso) dan patut dikasihani aku tidak tahu pasti XD
Yang jelas berkat laki-laki itu, sekarang aku sedikit banyak tahu bagaimana penilaian orang lain khususnya terhadap kebiasaan menyendiriku ini.


Menyendiri merupakan keinginanku secara pribadi, bukan atas dasar keterpaksaan apalagi diskriminasi. Sebetulnya wajar jika muncul persepsi tersebut terhadapku, seperti pada saat yudisium lalu. Semua orang sibuk foto-foto seusai acara, dari yang selfie, rame-rame, sampai yang antri foto bareng dosen, dekan, rektor dll. Mereka terlihat begitu antusias dengan aktivitasnya, sementara aku justru bengong terpaku dipojokan. Sempat beberapa kali aku ikut berfoto ria sebelum akhirnya menyerah dan lebih memilih berdiam diri dipojokan. Bahkan gak jarang dimintai tolong jadi juru foto karna mungkin terlihat menganggur.
Saat sedang bengong memperhatikan geliat tingkah unik para calon wisudawan, datang seorang laki-laki gak kukenal menghampiriku. Awalnya aku heran karna gak ada angin gak ada hujan, dia ngajakin foto bareng padahal kami gak saling kenal satu sama lain.
"loh bro, kok sendirian? Gak ikut foto-foto?" sapanya. "gak, udah tadi" jawabku. Terus dia minta foto bareng denganku bak seorang aktor beken, aku sih iyain aja. Lagian gak enak juga kan kalau nolak XD
Cepret!!! ''bagus kan bro?" katanya sambil nunjukin hasil foto di handphonenya ke aku. "iya, hehe" balesku, terus dia pergi lol
Jujur, ini pengalaman yang cukup berkesan dalam hidupku. Sampai beberapa lama aku masih berdiri tertegun gak percaya dengan yang baru saja terjadi, kadang senyum-senyum sendiri memikirkannya. XD
Tapi sekilas aku bisa paham apa maksud dan tujuan dia mengajakku berfoto tersebut. Mungkin dia iba melihatku sendirian, atau bisa jadi dia mikir gini "kasihan itu orang gak ada yang ngajakin foto" lol XD


Setelah sesi foto-foto selesai dan ada pembagian snack/konsumsi dari kampus, lagi aku lebih memilih makan sendiri dipojokan. Ntahlah, aku juga heran ada apakah dipojokan..
Dan sengaja atau hanya kebetulan lewat, si laki-laki itu datang lagi. Awalnya dia bareng temen-temennya, tapi mungkin karna melihatku sendirian lagi dia lalu nyamperin dan ngajakin ngobrol. Sempet nanya-nanya asal sekolah, tahun angkatan dsbagainya. Dari obrolan yang ada, sepertinya dia mengira kalau aku salah satu teman disekolahnya dulu. Tapi setelah ditelusuri ternyata bukan, cuman mungkin karna satu fakultas jadi terlihat familiar menurutnya. Dia juga tidak terlihat asing bagiku, walaupun namanya saja sampai sekarang aku masih belum tahu.


Ternyata moment itu gak berhenti cukup sampai disitu permirsa, karna pertemuan kami berlanjut dinext episode, mungkinkah ini jodoh?? *plakk
Tepatnya akhir bulan kemaren saat acara wisuda. Kami ketemu lagi di toilet hotel tempat kami menggelar acara.
Waktu itu setelah selesai wisuda aku nyempetin pergi ke toilet untuk melepas baju toga yang kupake. Karna rumahku jauh dari lokasi, pastinya bakal ribet kalau mesti nyetir motor sambil pake baju toga. Dan salah satu kebiasaan favoritku ketika di toilet ialah berdandan dengan maksimal. Ngrapiin baju, cuci muka, benerin rambut dst itu sudah menjadi suatu keniscayaan buatku.. Eh, lagi asik-asiknya berlenggak-lenggok didepan kaca toilet, secara mengejutkan si laki-laki itu datang. Sudah bisa ketebak bakal jadi seperti apa, ibarat maling kepergok mau mencuri sampe akhirnya gak jadi nyuri wkwkwk
Untungnya aku bukan tipe orang yang reaktif, jadi meski begitu aku masih bisa menyembunyikan ekspresi biar ga malu wkwkwk.
"eh bro, sama siapa?" katanya (kayaknya dia juga kaget melihatku). "sendirian aja" jawabku sambil beres-beresin barang bawaan. Serasa dejavu, jadi aku cepet-cepet mau keluar karna lagi-lagi dia memergokiku sedang sendiri.
Sebelum aku pergi kami sempet terlibat ngobrolan sebentar, dia juga gak tau kenapa gak segan memberiku info seputar lowongan kerja. Walau gak kutanggepi terlalu serius, tapi aku menghargai niat baiknya.


Jujur kadang aku bingung gimana ngasih respon ke orang seperti si laki-laki itu. Haruskah aku merasa senang menerima perhatian dan rasa pedulinya, sementara hal tersebut sebetulnya sudah menjadi sifat alamiku (penyendiri/introvert)?
Namun haruskah pula aku menolak/mengabaikan begitu saja niat baiknya, mulai dari keinginannya untuk menghiburku dengan berfoto bersama, lalu menemaniku mengobrol ketika sedang makan sendirian, dan memberiku info seputar lowongan kerja seusai wisuda di toilet..??
Percaya atau tidak, hal-hal sederhana seperti ini kadang bisa jadi drama perdebatan yang panjang didalam otak seorang introvert. Bagaimana menurutmu?

7 komentar:

  1. Hai...
    Dulu iya atau sebelumnya memang itu menjadi perdebatan dalam pikiran. Dan sekarang aku yang berbaur dg para extrovert karna bagi mereka akan sangat sulit memahami bagian mind and feel introvert. Aku berasa bunglon bersama mereka...
    Alone,quite is beautiful

    BalasHapus
  2. Hai...
    Dulu iya atau sebelumnya memang itu menjadi perdebatan dalam pikiran. Dan sekarang aku yang berbaur dg para extrovert karna bagi mereka akan sangat sulit memahami bagian mind and feel introvert. Aku berasa bunglon bersama mereka...
    Alone,quite is beautiful

    BalasHapus
  3. Iya
    Update terus bro blognya

    BalasHapus
  4. Yah gw juga introvert
    Hadir saja lah.. hehe

    BalasHapus
  5. Jadi berkaca sendiri baca postingannya mas :")

    BalasHapus